Tuesday, August 17, 2010

Filosofi Semut, Laba-laba, dan Lebah


Allah menyodorkan tamsil-tamsil untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) untuk
manusia.

Ada tiga jenis serangga yang bukan hanya disebut, tapi menjadi nama surat dalam Alquran, yaitu semut (an-naml), laba-laba (al-ankabut), dan lebah (an-nahl). Ada apa dengan tiga jenis serangga ini?

Marilah kita perhatikan semut. Ia menghimpun makanannya sedikit demi sedikit. Ia terus mengangkut makanan tanpa memperhatikan kemampuan fisik untuk menyangganya. Kita sering melihat semut berjalan terseok-seok karena ia menggendong makanan yang jauh lebih besar dan banyak ketimbang tubuhnya. Ia terus menumpuk makanan untuk stok selama sekian tahun, padahal umurnya tidak lebih dari setahun.

Marilah kita perhatikan laba-laba. Ia binatang dengan sarang paling rapuh. Tapi jangan remehkan sarang laba-laba. Sarangnya yang terlihat rapuh itu adalah jebakan. Binatang lain yang tersangkut jaring laba-laba, ia akan terjebak di sana dan harus berjuang keras lepas dari jaring-jaringnya. Jika gagal, ia akan dimangsa laba-laba. Jaring laba-laba bukan tempat yang aman untuk berlindung. Bahkan laba-laba jantan bisa dihabisi betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling bertumbukan dan dapat saling memusnahkan.

Terakhir, mari kita perhatikan lebah. Binatang ini sangat disiplin dalam pembagian kerja. Ada lebah pekerja, ada lebah ratu, dan ada lebah pejantan. Semua bekerja dengan teratur tanpa saling menyikut atau mengeluh. Segala residu yang tidak berguna disingkirkan dari sarang. Makanannya terpilih dari yang baik-baik yaitu nektar (sari bunga). Dari sari makanan yang baik dihasilkan produk yang baik yaitu madu. Sarang lebah juga terkenal sangat steril sehingga tidak ada bakteri yang menyusup karena itu tidak ada pembusukan di sarang lebah. Lebah tidak akan menggangu kecuali ada yang menyerangnya. Bahkan, sengatan lebah bisa menjadi obat dan sarana sejumlah terapi kesehatan.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari tamsil Quran ini? Pertama, semut mewakili budaya menumpuk dan menghimpun tanpa kemampuan untuk mengolahnya. Apa yang ia tumpuk melebihi kemampuan untuk memikulnya. Dalam beberapa hal, budaya semut mencerminkan konsumtivisme dan kerakusan. Kita lihat semut kadang bergulat dengan sesama jenisnya ketika merubung gula. Kedua, laba-laba. Ia mewakili insting untuk memangsa. Dalam rangka melindungi diri dan kepentingannya, laba-laba tidak sayang untuk menjebak dan memangsa makhluk lain, bahkan pasanganya sendiri. Dalam beberapa hal, laba-laba mewakili sifat egoisme dan individualisme. Ketiga, lebah. Ia serangga yang paling istimewa. Ia tidak pernah mengganggu dan merugikan makhluk lain. Bahkan ia selalu memberi kebaikan, dalam madu dan bahkan pada sengatannya. Nabi Muhammad saw mengibaratkan seorang mu’min seperti lebah: “Tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan berguna untuk orang lain, dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya.”

Marilah kita berupaya untuk menjadi semakin dekat dengan sifat-sifat lebah, selalu memberi yang baik-baik, dan tidak menganggu serta menyakiti orang lain.

Ali Masykur Musa
Intelektual Muda

Wednesday, August 4, 2010

Beranikah anda mengambil keputusan?


Ketika kita berada di persimpangan jalan, apa yang kita lakukan? Jalan mana yang diambil? Apakah kita hanya duduk saja menunggu datangnya ilham yang akan memberitahukan kita untuk memilih yang terbaik?
Seringkali kita menunda mengambil keputusan, ataupun tidak mengambil keputusan sama sekali, karena terdorong rasa takut. Pada dasarnya, rasa takut menunda datangnya kesempatan. Ketakutan yang berlebihan membuat kesempatan itu tidak akan pernah datang.

Tapi di sisi lainnya, pengambilan keputusan secara serampangan tanpa pertimbangan matang, juga bisa menghilangkan kesempatan. Yang kita perlukan adalah pemikiran yagn tuntas untuk bisa mengambil keputusan terbaik. Dan yang lebih penting adalah keberanian mengambil keputusan dan melaksanakannya.
Dalam mengambil keputusan, cobalah melihat sesuatu dari sudut pandang lain, jangan terjebak dengan common sense, karena apa yang baik bagi sebagian besar orang, belum tentu baik bagi diri kita.
Ketika kita mengambil sudut pandang yang berbeda, seringkali kita mendaptkan peluang lebih besar untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik.

Keputusan membutuhkan pengorbanan, jika anda memutuskan untuk membuka satu usaha, anda tidak mungkin mengerjakan hal lainnya. Jika anda tidak memilih prioritasnya, juga ada pengorbanannya yaitu anda tidak akan pernah sampai kemana-mana (Paul Budnitz, Founder Kidrobot)


Hindari kerumunan bangun pemikiran Anda sendiri jadilah pemain catur, bukan pionnya (Ralph Charell)

Berikan semua orang telinga Anda, tetapi berikan sedikit orang suara Anda (Shakespeare)

Janganlah biarkan diri anda melihat segala sesuatu secara umum saja (Samuel Johnson)

Jika Anda takut, anda akan gagal (Arnold, Palmer, Pegolf Kaliber Dunia)

Seseorang yang bepergian sendiri dapat memulai harinya, tetapi dia yang bepergian dengan orang lain harus menunggu sampai yang lainnya siap (Henry David Thereau)

Kadang-kadang memenangkan sesuatu pertarungan berakibat lebih buruk daripada jika Anda kalah (Billie Holiday)

Saat saya siap untuk berdebat dengan orang lain, saya menggunakan sepertiga waktu saya untuk memikirkan tentang diri saya dan apa yang akan saya utarakan, dan dua pertiganya untuk memikirkan tentang orang itu dan apa yang akan mereka katakan (Abraham Lincoln)

Tidak mengambil keputusan itu adalah suatu pengambilan keputusan (Anonim).

Butuh waktu 20 tahun untuk membangun reputasi, dan lima menit untuk menghancurkannya. Jika anda memikirkan hal itu, Anda akan melakukan sesuatu dengan cara berbeda (Warren Buffett)

Melakukan kesalahan dalam hidup bukan saja lebih terhormat, tetapi lebih bermanfaat dari pada tidak melakukan apa-apa sama sekali (George Bernard Shaw)

Kalau semangat mendorongmu biarkan alasan memegang kendali (Benjamin Franklin)

Tuesday, August 3, 2010

Kemampuan mengambil Keputusan



Apa pun keputusan yang diambil seseorang pasti memiliki makna penting, baik bagi orang lain maupun terhadap diri sendiri. Sebagaimana yang kerap kita saksikan, setiap keputusan pemimpin sangat ditunggu-tunggu berbagai kalangan dengan intensi dan kepentingan masing-masing.

Kecil atau pun besar volume kelompok yang dipimpinnya, keputusan pemimpin sangatlah berarti, serius, serta berpengaruh besar dan luas. Kenyataan itu memberikan sekelebatan indikasi bahwa keputusan harus diambil tidak saja dengan hati-hati, tapi juga tegas dan diputuskan dengan berani dalam keadaan sadar.

Ada dua hal yang dibedakan berdasarkan prosesnya, yakni memecahkan masalah (problem solving) dan membuat keputusan, terjemahan decision making. (Kurang pas diterjemahkan sebagai "mengambil" keputusan). Tak jarang orang memandangnya sama, kedua hal itu dianggap saling berkaitan. Kendati keduanya memiliki definisi yang berbeda.

Pemecahan masalah merupakan serangkaian aktivitas manusia dalam menjalani kehidupannya. Aktivitas hidup tersebut meliputi berbagai sendi atau aspek, baik menyangkut hubungan antarpribadi, pekerjaan, maupun kehidupan sosial secara lebih luas.

Semua aktivitas bertujuan untuk mencapai peningkatan kualitas manusia yang bersifat kontinu atau berkelanjutan. Manusia harus selalu kreatif saat memecahkan masalah yang dijumpai dalam keseharian hidupnya.

Ada empat hal penting yang patut dimiliki seseorang agar mampu melampaui proses pemecahan masalah dengan baik. Pertama, pemahaman terhadap masalah yang sesungguhnya. Kedua, menguasai strategi pemecahan yang jitu. Ketiga, memiliki kemampuan dan keterampilan yang teruji, dan keempat, mengenali rintangan demi rintangan yang harus dihadapi.

Secara garis besar, pendekatan kreatif dalam problem solving terbagi atas tiga bagian. Proses inventarisasi sebagai bagian pertama, diikuti bagian kedua, yakni identifikasi masalah, selanjutnya ketiga, diakhiri proses pemecahan dan penerapan. Hal ini dibahas lebih dahulu karena meskipun memiliki pengertian yang berbeda, dalam proses pemecahan masalah sering kali melibatkan tindakan membuat keputusan.

Bagaimana Keputusan Dibuat?
Matlin (1995) mendefinisikan pembuatan keputusan (decision making) sebagai tindakan seseorang untuk memilih satu atau lebih di antara berbagai kemungkinan yang ada dalam kondisi yang belum jelas. Pengertian ini memberikan gambaran bahwa keputusan juga mengandung unsur prediksi dan berisiko.

Orang tentu menghendaki keberhasilan ketika mengambil keputusan dengan tepat. Namun begitu sering kita mendengar keputusan yang telah diambil membawa dampak buruk terhadap orang-orang sekitar. Mengapa hal ini terjadi?

Keputusan terdiri atas dua bentuk yang saling bergantung. Pertama, keputusan pribadi, dibuat atas dasar kepentingan pribadi yang sedikit sekali melibatkan kehidupan orang lain. Kedua, keputusan kelompok, yakni keputusan yang dibuat demi kelangsungan dan masa depan suatu kelompok.

Kelompok di sini dapat berupa organisasi sosial, profit, bahkan negara yang melibatkan kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Keputusan kelompok paling sering dijumpai karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang hidup di dalam kelompok.

Keputusan ini dipengaruhi pertimbangan-pertimbangan pribadi dari sang pembuat keputusan, plus mempertimbangkan pendapat dan situasi kelompok sebagai alternatif. Namun, sifat dari keputusan adalah dibuat. Jadi, semua bergantung pada pembuatnya. Bayangkan ketika seseorang membuat kue bolu, setidaknya ia harus menyediakan telur, tepung, gula dan sedikit mentega. Juga perlu memiliki alat pengocok, loyang cetakan, dan oven.

Kue bolu akan mengembang dan enak rasanya apabila dibuat dengan ukuran-ukuran yang pas, tepat, tidak lebih atau kurang bahan. Satu lagi, dalam beberapa kejadian, telur tak dapat mengembang apabila konsentrasi dan emosi sang pembuat tidak fokus. Mungkin saja kocokannya jadi kurang kuat atau kecepatan dan arah adukan yang tidak stabil. Maka gagallah kue bolu itu.

Analogi tersebut cukup enak dijadikan cermin. Dibuat atau tidak suatu keputusan yang melibatkan kepentingan banyak orang, betul-betul bergantung pada pembuatnya. Menya- dari ketersediaan bahan atau kesiapannya untuk fokus pada proses, bahkan kesungguhan hatinya dalam membuat keputusan, bisa saja sang pembuat memilih alternatif lain.

Merasa belum siap dengan alternatif A, ketika banyak orang menunggu keputusannya itu dibuat, sang pembuat malah memilih menunda keputusannya. Penundaan dalam membuat keputusan adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan khusus.

Biasanya lebih bersifat pribadi, karena hanya dirinya yang paling paham sejauh mana ia siap membuat keputusan penting tersebut.

Sederhana saja memaknai proses sebuah keputusan dibuat. Berpijak pada pemahaman yang diusung Matlin, pilihan yang diambil dan dicetuskan oleh pembuat keputusan itulah yang merupakan keputusannya saat itu.

Jadi sia-sialah barangkali jika anggota kelompok tertentu menunggu- nunggu keputusan yang mereka inginkan dibuat oleh pemegang otoritas pembuat keputusan.

Yang menentukan bentuk keputusan itu bukan orang lain, meski masukan dan situasi kelompok selalu diapungkan menjadi alternatif sebagai bahan-bahan pertimbangan. Dengan tetap memegang definisi Matlin, kita tahu bahwa keputusan dibuat dalam kondisi yang tidak jelas alias masih diragukan ketepatannya dengan situasi yang ada.

Membuat keputusan berarti siap dan berani menanggung segala risiko yang ditimbulkannya. Keputusan yang dibuat tentu saja akan teruji lewat respons lingkungan serta perubahan situasi dan kondisi.

Mari, kita sedikit bermain logika matematika: semua A adalah semua B, jika dan hanya jika A sama dengan B dan B sama dengan A. Mudah- mudahan dapat digunakan untuk mengatakan, semua keputusan yang tidak pasti adalah kondisi yang tidak jelas, jika dan hanya jika keputusan yang tidak pasti sama dengan kondisi yang tidak jelas, dan sebaliknya.

Mengapa harus membiarkan kondisi yang tidak jelas semakin diperkeruh dengan keputusan yang tidak pasti dan tidak tegas? Setiap orang pasti ingin menjadi pembuat keputusan yang lihai. Tidak ada salahnya belajar dari kesalahan orang lain dalam membuat keputusan, asalkan tidak mengulangi hal yang sama.

Memecahkan Masalah
Sudah kita lewati bahasan soal pemecahan masalah di atas tadi. Tahukah Anda keputusan yang Anda buat memetakan kepiawaian Anda memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan yang kian kompleks ini.

Berarti pula memetakan kualitas kemanusiaan kita sebagai manusia. Dalam proses pemecahan masalah dicapai suatu keadaan seimbang ketika konflik teratasi. Bagaimana konflik atau masalah terpecahkan, tergantung bagaimana kesiapan empat pilar problem solving kita, plus pengambilan keputusan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi.

Kita tahu, situasi dan kondisi berubah-ubah dan belum jelas. Sering kali orang mendengungkan pameo: tiada yang abadi di muka bumi ini selain perubahan. Jadi, perubahan merupakan konsekuensi logis dari kondisi yang tak pernah menentu.

Apabila kita tetap kesulitan menentukan sikap, ragu-ragu membuat keputusan, menunggu kepastian dan stabilitas kondisi, jelas tak mungkin. Lebih baik bersiap-siap saja menerima apa pun risiko dari keputusan yang dibuat.

Kata orang bijak, bahan-bahan dalam membuat keputusan perlu dipersiapkan dengan baik. Bahan itu adalah pengetahuan yang tak henti ditambah, keberanian secukupnya, ketegasan yang tak berlebihan, dan kejujuran penuh.

Orang bijak juga bilang, keputusan harus dibuat dengan bijak. Kalau begitu marilah kita belajar kepada yang bijak untuk menjadi bijak.

Sumber: Mengambil Keputusan Cepat dan Tepat oleh Rinny Soegiyoharto

Sunday, August 1, 2010

Biografi Ibnu Sina


Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina dalam banyak hal unik, sedang diantara para filosof muslim ia tidak hanya unik, tapi juga memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Ia adalah satu - satunya filosof besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim beberapa abad.
Pengaruh ini terwujud bukan hanya karena ia memiliki sistem, tetapi karena sistem yang ia miliki itu menampakkan keasliannya yang menunjukkan jenis jiwa yang jenius dalam menemukan metode - metode dan alasan - alasan yang diperlukan untuk merumuskan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual Hellenisme yang ia warisi dan lebih jauh lagi dalam sistem keagamaan Islam.

BIOGRAFI
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain Ibn Abdillah Ibn Sina. Ia lahir pada tahun 980 M di Asfshana, suatu tempat dekat Bukhara. Orang tuanya adalah pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman.Di Bukhara ia dibesarkan serta belajar falsafah kedokteran dan ilmu - ilmu agama Islam. Ketika usia sepuluh tahun ia telah banyak mempelajari ilmu agama Islam dan menghafal Al-Qur’an seluruhnya. Dari mutafalsir Abu Abdellah Natili, Ibnu Sina mendapat bimbingan mengenai ilmu logika yang elementer untuk mempelajari buku Isagoge dan Porphyry, Euclid dan Al-Magest-Ptolemus. Dan sesudah gurunya pindah ia mendalami ilmu agama dan metafisika, terutama dari ajaran Plato dan Arsitoteles yang murni dengan bantuan komentator - komentator dari pengarang yang otoriter dari Yunani yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
Dengan ketajaman otaknya ia banyak mempelajari filsafat dan cabang - cabangnya, kesungguhan yang sangat mengagumkan ini menunjukkan akan ketinggian otodidaknya, namun di suatu kali dia harus terpaku menunggu saat ia menyelami ilmu metafisika-nya Arisstoteles, kendati sudah 40 an kali membacanya. Baru setelah ia membaca Agradhu kitab ma waraet thabie’ah li li Aristho-nya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan mendapat jawaban dan penjelasan yang terang benderang, bagaikan dia mendapat kunci bagi segala simpanan ilmu metafisika. Maka dengan tulus ikhlas dia mengakui bahwa dia menjadi murid yang setia dari Al-Farabi
Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi. Belum lagi usianya melebihi enam belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori - teori kedokteran, tetapi juga melakukan praktek dan mengobati orang - orang sakit. Ia tidak pernah bosan atau gelisah dalam membaca buku - buku filsafat dan setiap kali menghadapi kesulitan, maka ia memohon kepada Tuhan untuk diberinya petunjuk, dan ternyata permohonannya itu tidak pernah dikecewakan. Sering - sering ia tertidur karena kepayahan membaca, maka didalam tidurnya itu dilihatnya pemecahan terhadap kesulitan - kesulitan yang dihadapinya.
Sewaktu berumur 17 tahun ia telah dikenal sebagai dokter dan atas panggilan Istana pernah mengobati pangeran Nuh Ibn Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Sejak itu, Ibnu Sina mendapat sambutan baik sekali, dan dapat pula mengunjungi perpustakaan yang penuh dengan buku - buku yang sukar didapat, kemudian dibacanya dengan segala keasyikan. Karena sesuatu hal, perpustakaan tersebut terbakar, maka tuduhan orang ditimpakan kepadanya, bahwa ia sengaja membakarnya, agar orang lain tidak bisa lagi mengambil manfaat dari perpustakaan itu . Kemampuan Ibnu Sina dalam bidang filsafat dan kedokteran, kedua duanya sama beratnya. Dalam bidang kedokteran dia mempersembahkan Al-Qanun fit-Thibb-nya, dimana ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab kitab ini selain lengkap, disusunnya secara sistematis.
Dalam bidang materia medeica, Ibnu Sina telah banyak menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga - dimana tumbuh - tumbuhan banayak membantu terhadap bebebrapa penyakit tertentu seperti radang selaput otak (miningitis).
Ibnu Sina pula sebagai orang pertama yang menemukan peredaran darah manusia, dimana enam ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia pulalah yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat tali pusarnya.
Dia jugalah yang mula - mula mempraktekkan pembedahan penyakit - penyakit bengkak yang ganas, dan menjahitnya, dia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara - cara modern yang kini disebut psikoterapi.
Dibidang filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya, bahkan sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina otodidak dan genius orisinil yang bukan hanya dunia Islam menyanjungnya ia memang merupakan satu bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, yang bukan pinjaman sehingga Roger Bacon, filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan menyatakan dalam Regacy of Islam-nya Alfred Gullaume; “Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tak dapat memberi pengaruh di Barat, karena kitabnya tersembunyi entah dimana, dan sekiranya ada, sangat sukar sekali didapatnya dan sangat susah dipahami dan digemari orang karena peperangan - peperangan yang meraja lela di sebeleah Timur, sampai saatnya Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dan juga pujangga Timur lain membuktikan kembali falsafah Aristoteles disertai dengan penerangan dan keterangan yang luas.”
Selain kepandaiannya sebagai flosof dan dokter, iapun penyair. Ilmu - ilmu pengetahuan seperti ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ada yang ditulisnya dalam bentuk syair. Begitu pula didapati buku - buku yang dikarangnya untuk ilmu logika dengan syair.
Kebanyakan buku - bukunya telah disalin kedalam bahasa Latin. Ketika orang - orang Eropa diabad tengah, mulai mempergunakan buku - buku itu sebagai textbook, dipelbagai universitas. Oleh karena itu nama Ibnu Sina dalam abad pertengahan di Eropa sangat berpengaruh.
Dalam dunia Islam kitab - kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja karena kepadatan ilmunya, akan tetapi karena bahasanya yang baik dan caranya menulis sangat terang. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa Persia. Buku - bukunya dalam bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.
Karya - karya Ibnu Sina yang ternama dalam lapangan Filsafat adalah As-Shifa, An-Najat dan Al Isyarat. An-Najat adalah resum dari kitab As-Shifa. Al-Isyarat, dikarangkannya kemudian, untuk ilmu tasawuf. Selain dari pada itu, ia banyak menulis karangan - karangan pendek yang dinamakan Maqallah. Kebanyakan maqallah ini ditulis ketika ia memperoleh inspirasi dalam sesuatu bentuk baru dan segera dikarangnya.
Sekalipun ia hidup dalam waktu penuh kegoncangan dan sering sibuk dengan soal negara, ia menulis sekitar dua ratus lima puluh karya. Diantaranya karya yang paling masyhur adalah “Qanun” yang merupakan ikhtisar pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di Timur. Buku ini dterjemahkan ke baasa Latin dan diajarkan berabad lamanya di Universita Barat. Karya keduanya adalah ensiklopedinya yang monumental “Kitab As-Syifa”. Karya ini merupakan titik puncak filsafat paripatetik dalam Islam.

Ibnu Sina dikenal di Barat dengan nama Avicena (Spanyol aven Sina) dan kemasyhurannya di dunia Barat sebagai dokter melampaui kemasyhuran sebagai Filosof, sehingga ia mereka beri gelar “the Prince of the Physicians”. Di dunia Islam ia dikenal dengan nama Al-Syaikh- al-Rais. Pemimpin utama (dari filosof - filosof).
Meskipun ia di akui sebagai seorang tokoh dalam keimanan, ibadah dan keilmuan, tetapi baginya minum – minuman keras itu boleh, selama tidak untuk memuaskan hawa nafsu. Minum – minuman keras dilarang karena bisa menimbulkan permusuhan dan pertikaian, sedangkan apabila ia minum tidak demikian malah menajamkan pikiran.
Didalam al-Muniqdz min al-Dhalal, al-Ghazali bahwa Ibnu Sina pernah berjanji kepada Allah dalam salah satu wasiatnya, antara lain bahwa ia akan menghormati syari’at tidak melalaikan ibadah ruhani maupun jasmani dan tidak akan minum – minuman keras untuk memuaskan nafsu, melainkan demi kesehatan dan obat.
Kehidupan Ibnu Sina penuh dengan aktifitas -aktifitas kerja keras. Waktunya dihabiskan untuk urusan negara dan menulis, sehingga ia mempunyai sakit maag yang tidak dapat terobati. Di usia 58 tahun (428 H / 1037 M) Ibnu Sina meninggal dan dikuburkan di Hamazan.

ref :
http://nurulwatoni.tripod.com/FILSAFAT_IBNU_SINA.htm

Pelajaran Kepemimpinan dari Sun Tzu



Dalam buku The Art of War terjemahan dari Lionel Giles, M.A, dikisahkan bahwa Sun Tzu lahir di negara bagian Ch‘i. Strategi berperangnya menarik perhatian Ho Lu, raja dari Wu. Ho Lu berkata padanya: “Aku telah membaca 13 bab tulisanmu dengan seksama. Bolehkah aku menguji teorimu tentang mengatur pasukan?”

Sun Tzu menjawab: “Boleh.”

Ho Lu bertanya lagi: “Bolehkah pengujian dilakukan pada para wanita?”

Lagi-lagi Sun Tzu menjawab dengan positif, sehingga kemudian diaturlah para wanita untuk keluar istana. Sun Tzu kemudian membaginya menjadi dua kelompok, dan menempatkan dua selir kesukaan sang raja untuk memimpin masing-masing kelompok. Ia kemudian memerintahkan mereka untuk memegang tombak, dan berkata: “Aku rasa kalian sudah tahu beda antara depan dan belakang, tangan kanan dan tangan kiri?”

Wanita-wanita itu menjawab: Ya.

Sun Tzu kemudian memerintahkan mereka untuk melaksanakan perintahnya, seperti ketika ia berkata “belok kiri,” maka mereka harus menghadap ke arah tangan kiri.

Mereka pun meng-iyakan perintah tersebut. Setelah perintah dijelaskan, Sun Tzu mempersiapkan senjata untuk memulai pengujian taktik perangnya. Kemudian, ia memerintahkan mereka “Belok kanan.” Tapi ternyata wanita-wanita itu hanya tertawa. Sun Tzu berkata: “Jika kata-kata dalam perintah tidak jelas, jika perintah tidak bisa benar-benar dimengerti, maka sang jenderal lah yang salah.”

Jadi ia mulai melatih mereka lagi, dan memerintah “Belok kiri.” , tapi ternyata mereka masih juga tertawa. Sun Tzu berkata: “Jika kata-kata dalam perintah tidak jelas, jika perintah tidak bisa benar-benar dimengerti, maka sang jenderal lah yang salah. Tapi jika perintahnya jelas, namun pasukan tidak patuh, maka ini salah pemimpin pasukan.”

Setelah itu, ia memerintah kedua pemimpin kelompok untuk dipenggal kepalanya. Ketika sang raja tahu selir kesukaannya akan dipenggal, ia kemudian memerintahkan Sun Tzu untuk tidak menjalankan hukuman tersebut. Namun, Sun Tzu tidak menerima perintah sang raja. Kemudian, kepala kedua selir tersebut akhirnya dipenggal, dan mengganti mereka dengan selir yang lain. Setelah itu, pasukan yang ia pimpin melaksanakan semua perintahnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian Sun Tzu mengatakan pada raja bahwa pasukannya sudah patuh, dan akan melaksanakan semua perintah, apapun itu.

Tapi sang raja menjawab: “Biarkan sang jenderal menghentikan latihan dan kembali ke markas. Kami tak ingin memeriksa pasukan itu." Sun Tzu kemudian berkata: “Sang raja hanya suka berkata-kata, tapi tidak bisa melaksanakannya.” Ho Lu kemudian justru melihat Sun Tzu sebagai orang yang tahu bagaimana cara menangani pasukan, dan akhirnya Sun Tzu diangkat menjadi jenderal. Strategi berperang Sun Tzu tak hanya diterapkan dalam peperangan, namun juga banyak diterapkan dalam masalah bisnis.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger