Tuesday, August 3, 2010

Kemampuan mengambil Keputusan



Apa pun keputusan yang diambil seseorang pasti memiliki makna penting, baik bagi orang lain maupun terhadap diri sendiri. Sebagaimana yang kerap kita saksikan, setiap keputusan pemimpin sangat ditunggu-tunggu berbagai kalangan dengan intensi dan kepentingan masing-masing.

Kecil atau pun besar volume kelompok yang dipimpinnya, keputusan pemimpin sangatlah berarti, serius, serta berpengaruh besar dan luas. Kenyataan itu memberikan sekelebatan indikasi bahwa keputusan harus diambil tidak saja dengan hati-hati, tapi juga tegas dan diputuskan dengan berani dalam keadaan sadar.

Ada dua hal yang dibedakan berdasarkan prosesnya, yakni memecahkan masalah (problem solving) dan membuat keputusan, terjemahan decision making. (Kurang pas diterjemahkan sebagai "mengambil" keputusan). Tak jarang orang memandangnya sama, kedua hal itu dianggap saling berkaitan. Kendati keduanya memiliki definisi yang berbeda.

Pemecahan masalah merupakan serangkaian aktivitas manusia dalam menjalani kehidupannya. Aktivitas hidup tersebut meliputi berbagai sendi atau aspek, baik menyangkut hubungan antarpribadi, pekerjaan, maupun kehidupan sosial secara lebih luas.

Semua aktivitas bertujuan untuk mencapai peningkatan kualitas manusia yang bersifat kontinu atau berkelanjutan. Manusia harus selalu kreatif saat memecahkan masalah yang dijumpai dalam keseharian hidupnya.

Ada empat hal penting yang patut dimiliki seseorang agar mampu melampaui proses pemecahan masalah dengan baik. Pertama, pemahaman terhadap masalah yang sesungguhnya. Kedua, menguasai strategi pemecahan yang jitu. Ketiga, memiliki kemampuan dan keterampilan yang teruji, dan keempat, mengenali rintangan demi rintangan yang harus dihadapi.

Secara garis besar, pendekatan kreatif dalam problem solving terbagi atas tiga bagian. Proses inventarisasi sebagai bagian pertama, diikuti bagian kedua, yakni identifikasi masalah, selanjutnya ketiga, diakhiri proses pemecahan dan penerapan. Hal ini dibahas lebih dahulu karena meskipun memiliki pengertian yang berbeda, dalam proses pemecahan masalah sering kali melibatkan tindakan membuat keputusan.

Bagaimana Keputusan Dibuat?
Matlin (1995) mendefinisikan pembuatan keputusan (decision making) sebagai tindakan seseorang untuk memilih satu atau lebih di antara berbagai kemungkinan yang ada dalam kondisi yang belum jelas. Pengertian ini memberikan gambaran bahwa keputusan juga mengandung unsur prediksi dan berisiko.

Orang tentu menghendaki keberhasilan ketika mengambil keputusan dengan tepat. Namun begitu sering kita mendengar keputusan yang telah diambil membawa dampak buruk terhadap orang-orang sekitar. Mengapa hal ini terjadi?

Keputusan terdiri atas dua bentuk yang saling bergantung. Pertama, keputusan pribadi, dibuat atas dasar kepentingan pribadi yang sedikit sekali melibatkan kehidupan orang lain. Kedua, keputusan kelompok, yakni keputusan yang dibuat demi kelangsungan dan masa depan suatu kelompok.

Kelompok di sini dapat berupa organisasi sosial, profit, bahkan negara yang melibatkan kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Keputusan kelompok paling sering dijumpai karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang hidup di dalam kelompok.

Keputusan ini dipengaruhi pertimbangan-pertimbangan pribadi dari sang pembuat keputusan, plus mempertimbangkan pendapat dan situasi kelompok sebagai alternatif. Namun, sifat dari keputusan adalah dibuat. Jadi, semua bergantung pada pembuatnya. Bayangkan ketika seseorang membuat kue bolu, setidaknya ia harus menyediakan telur, tepung, gula dan sedikit mentega. Juga perlu memiliki alat pengocok, loyang cetakan, dan oven.

Kue bolu akan mengembang dan enak rasanya apabila dibuat dengan ukuran-ukuran yang pas, tepat, tidak lebih atau kurang bahan. Satu lagi, dalam beberapa kejadian, telur tak dapat mengembang apabila konsentrasi dan emosi sang pembuat tidak fokus. Mungkin saja kocokannya jadi kurang kuat atau kecepatan dan arah adukan yang tidak stabil. Maka gagallah kue bolu itu.

Analogi tersebut cukup enak dijadikan cermin. Dibuat atau tidak suatu keputusan yang melibatkan kepentingan banyak orang, betul-betul bergantung pada pembuatnya. Menya- dari ketersediaan bahan atau kesiapannya untuk fokus pada proses, bahkan kesungguhan hatinya dalam membuat keputusan, bisa saja sang pembuat memilih alternatif lain.

Merasa belum siap dengan alternatif A, ketika banyak orang menunggu keputusannya itu dibuat, sang pembuat malah memilih menunda keputusannya. Penundaan dalam membuat keputusan adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan khusus.

Biasanya lebih bersifat pribadi, karena hanya dirinya yang paling paham sejauh mana ia siap membuat keputusan penting tersebut.

Sederhana saja memaknai proses sebuah keputusan dibuat. Berpijak pada pemahaman yang diusung Matlin, pilihan yang diambil dan dicetuskan oleh pembuat keputusan itulah yang merupakan keputusannya saat itu.

Jadi sia-sialah barangkali jika anggota kelompok tertentu menunggu- nunggu keputusan yang mereka inginkan dibuat oleh pemegang otoritas pembuat keputusan.

Yang menentukan bentuk keputusan itu bukan orang lain, meski masukan dan situasi kelompok selalu diapungkan menjadi alternatif sebagai bahan-bahan pertimbangan. Dengan tetap memegang definisi Matlin, kita tahu bahwa keputusan dibuat dalam kondisi yang tidak jelas alias masih diragukan ketepatannya dengan situasi yang ada.

Membuat keputusan berarti siap dan berani menanggung segala risiko yang ditimbulkannya. Keputusan yang dibuat tentu saja akan teruji lewat respons lingkungan serta perubahan situasi dan kondisi.

Mari, kita sedikit bermain logika matematika: semua A adalah semua B, jika dan hanya jika A sama dengan B dan B sama dengan A. Mudah- mudahan dapat digunakan untuk mengatakan, semua keputusan yang tidak pasti adalah kondisi yang tidak jelas, jika dan hanya jika keputusan yang tidak pasti sama dengan kondisi yang tidak jelas, dan sebaliknya.

Mengapa harus membiarkan kondisi yang tidak jelas semakin diperkeruh dengan keputusan yang tidak pasti dan tidak tegas? Setiap orang pasti ingin menjadi pembuat keputusan yang lihai. Tidak ada salahnya belajar dari kesalahan orang lain dalam membuat keputusan, asalkan tidak mengulangi hal yang sama.

Memecahkan Masalah
Sudah kita lewati bahasan soal pemecahan masalah di atas tadi. Tahukah Anda keputusan yang Anda buat memetakan kepiawaian Anda memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan yang kian kompleks ini.

Berarti pula memetakan kualitas kemanusiaan kita sebagai manusia. Dalam proses pemecahan masalah dicapai suatu keadaan seimbang ketika konflik teratasi. Bagaimana konflik atau masalah terpecahkan, tergantung bagaimana kesiapan empat pilar problem solving kita, plus pengambilan keputusan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi.

Kita tahu, situasi dan kondisi berubah-ubah dan belum jelas. Sering kali orang mendengungkan pameo: tiada yang abadi di muka bumi ini selain perubahan. Jadi, perubahan merupakan konsekuensi logis dari kondisi yang tak pernah menentu.

Apabila kita tetap kesulitan menentukan sikap, ragu-ragu membuat keputusan, menunggu kepastian dan stabilitas kondisi, jelas tak mungkin. Lebih baik bersiap-siap saja menerima apa pun risiko dari keputusan yang dibuat.

Kata orang bijak, bahan-bahan dalam membuat keputusan perlu dipersiapkan dengan baik. Bahan itu adalah pengetahuan yang tak henti ditambah, keberanian secukupnya, ketegasan yang tak berlebihan, dan kejujuran penuh.

Orang bijak juga bilang, keputusan harus dibuat dengan bijak. Kalau begitu marilah kita belajar kepada yang bijak untuk menjadi bijak.

Sumber: Mengambil Keputusan Cepat dan Tepat oleh Rinny Soegiyoharto

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger